Monday, June 11, 2007

Perlu Penelitian Guna Pastikan Adanya Emas


MAJALENGKA,
Pemerintah sebaiknya tidak sebatas melarang dan menghentikan penambangan yang dilakukan oleh warga setempat terhadap indikasi kandungan emas di Lamping Kiara, Desa Haurgeulis, Kec. Bantarujeg, Kab. Majalengka. Namun, harus ada tindak lanjut dengan kajian dan penelitian yang lebih komprehensif dan profesional.

Hal itu, untuk membuktikan dan menyatakan kepada masyarakat tentang keberadaan logam mulia yang mungkin terkandung dalam perut bumi Haurgeulis tersebut. Karena kalau alasan menghentikan berdasarkan pada pasal 33 ayat 3 UUD 45, maka harus ada penelitian tentang kebenaran emas tersebut.

Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRD Majalengka M. Iqbal M.I., dan Pepep Saepulhidayat menanggapi terjadinya penambangan emas oleh tiga orang warga Desa Sukamenak. yakni Ade mandor Perum Perhutani di KRPH Cihaur, Asep Sonjaya Kades Sukamenak, serta Asep Supriatna orang pertama yang mendapat wangsit bahwa di lokasi itu ada kandungan emas.

Di Kab. Majalengka, isu keberadaan emas itu sendiri sudah tersiar sejak tahun 1990 di Bukit Cidakom, Kampung Nunuk, Desa Cengal, Kec. Maja. Saat itu hampir tiga bulan lebih masyarakat melakukan penggalian emas. Namun ketika masyarakat melakukan penggalian, ternyata tidak ditemukan apa pun. Padahal saat itu tidak ada yang melarang penggalian.

Bahkan menurut Bupati Majalengka Hj. Tutty Hayati Anwar, S.H., M.Si., isu terdapat kandungan emas di Kab. Majalengka telah muncul sejak tahun 50-an. Lokasinya di Desa Gunungwangi dan Nunuk. Hanya saja hingga kini memang belum ada penelitian secara komprehensif. (C-30)***

Ratusan Rumah Diterjang Gelombang

Warga Panik dan Berhamburan

INDRAMAYU,
Ratusan rumah di RT 6,7, dan 8 Desa Cemara Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, Minggu (10/6) malam, dihantam gelombang pasang Laut Jawa. Gelombang pasang juga menenggelamkan ratusan hektare tambak udang dan ikan milik warga. Meski diterjang gelombang, hingga malam kemarin warga tetap bertahan dan tidak berniat mengungsi. Kondisi itu membuat aparat setempat melakukan pengawasan dan pemantauan ketat untuk mengantisipasi munculnya gelombang lebih besar.

Aparat setempat mencatat, sebanyak 300 rumah di desa tersebut diterjang gelombang pasang. Sayangnya, baik warga maupun aparat tidak mengetahui tanda-tanda munculnya gelombang besar tersebut. Peristiwa itu terjadi menjelang petang, saat sebagian besar warga berada di rumah masing-masing.

Menurut Khotib (50), ia terkejut ketika rumahnya tiba-tiba diterjang air laut. Awalnya, ia menyangka air itu fenomena rob-rob-an yang biasa terjadi sepanjang musim timuran. Hanya saja, ketinggian gelombang kali ini terlihat lebih besar yakni kira-kira 40 sentimeter. Melihat hal itu, Khotib bersama warga lain, segera berhamburan ke luar rumah. Apalagi, saat bersamaan muncul suara gemuruh ombak besar. Mereka akhirnya tahu, kalau wilayahnya tengah dihantam gelombang pasang.

Dalam kepanikan, warga tetap berusaha membendung laju gelombang agar tidak menerobos lebih jauh ke permukiman. Hanya saja, akibat tingginya gelombang, usaha warga menjadi sia-sia. Air laut dengan kekuatan besar menjebol tanggul dan barikade yang dibuat warga. "Padahal, saya sudah bendung dengan karung diisi tanah, tapi kuatnya gelombang mengakibatkan tanggul buatan itu jebol," ujarnya.

Selepas petang, kepanikan warga yang tinggal di RT 6, 7, dan 8, mulai terlihat. Pasalnya, gempuran gelombang terus-menerus datang. Air bahkan telah mencapai ketinggian lebih dari setengah meter. Malahan, dorongan gelombang pasang menerabas ke permukiman hingga seratus meter lebih. Para wanita dan anak-anak, berhamburan mencari tempat yang dianggap aman. Sementara warga lelaki, memilih bertahan di rumah.

"Kami takut gempuran gelombang pasang merobohkan rumah kami. Sambil jaga-jaga, saya bertahan di dalam rumah," ujar seorang warga.

Camat Losarang, Prawoto menyatakan, sampai malam kemarin pihaknya masih memantau kondisi di lapangan. Sejumlah petugas dari Satlak PBP (Penanggulangan Bencana dan Pengungsian), ditempatkan di beberapa lokasi di desa itu. Satlak PBP setempat, juga langsung mengirimkan bantuan beras dan makanan pokok untuk warga yang menjadi korban gelombang pasang. Hasil pemantauan, belum ada laporan yang menyebutkan adanya korban jiwa serta rumah yang ambruk diterjang gelombang. "Kami tempatkan personel Satlak PBP hingga kondisi dinilai aman," ujarnya.

Kapolsek Losarang, AKP Agus menyatakan, untuk menghindari terjadinya gangguan keamanan, jajarannya mengerahkan belasan anggota polisi. Bergabung bersama Satlak PBP, polisi juga ikut memantau situasi terjadinya gelombang pasang Laut Jawa. "Kami tempatkan beberapa anggota untuk berjaga di sejumlah permukiman, khawatir ada yang memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan warga ini," ujarnya.

Siklon cuaca

Menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Kelas I Bandung, Hendri Surbakti, sebelumnya BMG sendiri telah memprediksi pada 9 Juni hingga 13 Juni akan terjadi gangguan siklon cuaca yang menyebabkan tiupan angin kencang. "Ini disebabkan bertiupnya angin timur muson yang memang sedang memasuki musimnya. Namun, kecepatannya tidak seekstrem seperti yang terjadi pertengahan Mei lalu," kata Hendri, saat dihubungi semalam.

BMG, menurut dia, selalu memprediksi terjadinya hal-hal serupa berdasarkan analisis hasil pemantauan berkala. "Terkait kejadian gelombang pasang di Indramayu, kita akan lihat pada tanggal 13 Juni nanti, lalu memublikasikan kembali hasil analisis kepada masyarakat," kata Hendri.

Fenomena bertiupnya angin muson timur ini akan berlangsung sepanjang bulan Juni, Juli, dan Agustus. Pada ketiga bulan tersebut, matahari berada di titik bumi utara. Sehingga, angin muson timur bertiup melintasi Benua Australia yang kering sehingga tak membawa uap air. Bertiupnya angin timur pun menandakan musim kemarau akan segera tiba. (A-93/A-159/C-24) ***

Hati-hati Gunakan "Cotton Buds"!


TEMPO hari lalu, saya mengunjungi seorang dokter THT di Bandung untuk memeriksakan telinga kanan yang dikeluhkan oleh saya, sedangkan telinga kiri saya bersih. Dokter menyatakan telinga saya kotor dan saya mengeluhkan ini karena telinga kanan saya budek sebelah. Awal penyebabnya bila telinga terasa gatal saya selalu memakai cotton buds atau alat pembersih telinga dari kapas yang sering dijumpai bebas di pasaran dengan harga relatif murah. Saya lakukan itu karena saya pikir itu aman.

Dokter mengambil tindakan itu dengan cara memasukkan cairan gliserin ke dalam telinga saya agar kotoran yang memadat itu terasa encer sehingga bisa dikeluarkan. Dokter itu juga kemudian menyemprotkan air hangat ke dalam telinga untuk mendesak kotoran telinga itu keluar dan akhirnya kotoran itu keluar dengan sendirinya. Saya sempat melihat bagaimana kotoran itu keluar.

Tidak hanya itu, dokter menjelaskan sebaiknya penggunaan alat pembersih telinga dihentikan karena alat tersebut bukan untuk membersihkan, sebaliknya mendorong kotoran masuk ke dalam telinga menuju gendang telinga. Dan kalau itu berlarut-larut, tidak cepat ditangani, maka akan cacat permanen alias tunarungu sebelah.

Perlu diketahui bahwa saya telah mengeluarkan uang satu juta rupiah hanya untuk pengobatan telinga kanan saya. Oleh karena itu, saya perlu memberitahukan kepada pembaca Pikiran Rakyat kalau penggunaan cotton buds yang dijual bebas di pasaran sangat tidak dianjurkan oleh dokter THT. Bayangkan, untuk membeli cotton buds yang tidak seberapa harganya oleh konsumen, nanti "efek samping"-nya akan terjadi di kemudian hari, kita akan mengeluarkan uang yang saya sebutkan itu, apalagi kalau dua telinga.