Tuesday, September 11, 2007

Lab Nuklir Batan Meledak


Empat Peneliti Terluka JAKARTA - Sebuah ledakan terjadi di dalam laboratorium (lab) milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Jalan Raya Cisauk, Serpong, Tangerang, kemarin. Ledakan yang terjadi pukul 15.23 itu mengakibatkan empat peneliti mengalami cedera serius dan luka bakar sehingga dilarikan ke RS Fatmawati, Jakarta.

Dari pengamatan Radar Banten (Grup Radar Cirebon) di lokasi, ledakan tersebut tergolong hebat. Sebab, kerusakannya cukup parah, terutama di lantai satu, tepatnya di Laboratorium Nuklir Cristal Growsing gedung 17 Batan. Ruang lab berukuran 6 x 10 meter itu porak poranda dan tampak dipenuhi pecahan kaca, alat-alat penelitian, dan cairan kimia.

Luka yang diderita korban pun cukup parah. Tak kurang dari empat orang mengalami luka serius akibat ledakan tersebut. Luka yang mereka alami terdapat di kaki, tangan, dan tubuh. Diduga, mereka terkena semburan bahan kimia yang meledak dan juga terkena pecahan kaca sehingga mengalami luka cukup serius.

Mereka adalah peneliti utama Prof Munawir Zulkarnaen, 55, peneliti utama Dr Fuji Oentoro, 49, peneliti ahli Agus Sujatno, 35, dan pelaksana peneliti Ir Sanda Msi, 40. Sekitar pukul 20.00 tadi malam, Ir Sanda diizinkan pulang. Sejam kemudian, disusul Ir Agus Wijanto.

Kepala Batan Hudi Hastowo didampingi Kepala Pusat Bahan Teknologi Industri Nuklir Batan Ridwan dan Kapolres Tangerang AKBP Toni Hermanto dalam keterangan persnya di gedung 90 Batan, lantai 4, menyebutkan, ledakan itu terjadi saat petugas laboratorium dan para peneliti tengah melakukan uji laboratorium bahan bakar biodiesel nonradiasi.

Hudi mengatakan, pihaknya belum dapat mengetahui lebih lanjut penyebab ledakan. Sebab, salah seorang peneliti utama, Prof Munawir Zulkarnaen, turut menjadi korban peristiwa mengenaskan itu. ’’Kita masih menunggu beliau pulih, baru bisa dimintai keterangan,” ujarnya.

Dugaan sementara, lanjut Hudi, ledakan itu disebabkan pembebasan gas bertekanan tinggi pada zat kimia yang tengah diuji coba oleh keempat peneliti tersebut. Dipaparkan, ketika para pegawai bersiap-siap pulang, tiba-tiba kompleks penelitian itu dikejutkan dengan suara ledakan yang cukup keras dari Lab Kimia Gedung No 71 Batan. Salah seorang saksi mata bernama Praswat, 38, segera memberikan pertolongan kepada keempat korban. Sebelum dilarikan ke RS Fatmawati, terang Hudi, para korban sempat mendapat pertolongan tim medis Batan.

Untuk mengetahui kepastian penyebab ledakan tersebut, pihaknya menyerahkan kepada aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan.

Sementara itu, para wartawan kesulitan mendekati lokasi ledakan karena tidak diperbolehkan masuk ke lokasi kejadian. Akibatnya, mereka pun kesulitan mengabadikan lokasi ledakan tersebut.

Insiden di pusat penelitian nuklir itu, menurut Hudi, dipastikan tidak mengganggu reaktor nuklir yang ada di kawasan tersebut. Namun, ledakan itu mengakibatkan penolakan terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria, Jawa Tengah, akan semakin kuat.

Kepala Batan Hudi Hastowo saat dihubungi tadi malam menjelaskan bahwa ledakan terjadi di gedung 71. ’’Reaktor di Batan aman. Jaraknya dari gedung reaktor sekitar 300 meter,’’ jelasnya.

Hudi juga menegaskan, tidak ada zat radioaktif yang dipakai di laboratorium yang meledak. Karena itu, tidak perlu dikhawatirkan ada bahaya radiasi pascaledakan. ’’Di lab tersebut tidak ada zat radioaktif. Penelitian di sana juga tidak ada kaitannya dengan kerja reaktor,’’ terangnya.

Hudi mengakui ledakan di Batan akan memengaruhi anggapan masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN Muria. Apalagi, Batan merupakan lembaga yang ditunjuk untuk menyiapkan perangkat teknis pembangunan PLTN tersebut. ’’Tentu akan ada dampaknya. Tapi, kegiatan teknis di Batan tentu terus berjalan,’’ katanya.

Menristek Kusmayanto Kadiman saat mengunjungi lokasi ledakan di Serpong mengatakan, kejadian di gedung 71 itu dalam rangka uji coba alat baru penelitian biofuel, tak ada hubungannya dengan nuklir. ”Ledakan itu terjadi di luar batas kuning reaktor sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan ada pengaruh radiasi nuklir dan semacamnya terhadap masyarakat,” ujarnya.

Kapolres Metro Tiga Raksa Tangerang AKBP Toni Harmanto mengatakan, penyebab ledakan yang terjadi di Puspitek Tangerang itu masih dalam penyelidikan. ’’Informasi yang diperoleh, pihak Puslabfor Mabes Polri akan datang besok (hari ini, Red) untuk menyisir sekaligus menyelidiki lokasi mengenai penyebab-penyebab terjadinya ledakan,’’ terang Harmanto tadi malam. Ketika didesak mengenai dugaan sementara terhadap kasus tersebut, Harmanto berkomentar, ’’Tunggu sampai besok sajalah, keterangannya lebih akurat,’’

Ledakan di Batan itu juga langsung direspons Ketua Umum Dewan Tanfid DPP Partai Kebangkitan Bangsa A. Muhaimin Iskandar. PKB memang selama ini getol menolak pembangunan PLTN di Muria. ’’Ledakan di Batan itu menunjukkan SDM kita belum layak menangani teknologi nuklir,’’ kata Muhaimin.

Alumnus Universitas Gadjah Mada itu menambahkan, terjadinya ledakan di Batan juga menambah derajat ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan ahli nuklir Indonesia membangun PLTN. ’’Jadi, sebaiknya pembangunan PLTN ditunda sampai pemerintah bisa meyakinkan masyarakat bahwa Indonesia benar-benar sudah siap,’’ ujarnya.

Muhaimin mengingatkan, ledakan itu harus dimaknai sebagai peringatan dini agar pembangunan PLTN tidak dilanjutkan. ’’Peringatan ini jangan diabaikan. Jangan sampai terjadi ledakan yang lebih dahsyat gara-gara ingin gagah-gagahan memiliki PLTN,’’ jelasnya. (tom/jid/jpnn)

No comments: