Tuesday, September 11, 2007

Tertawalah 400 Kali Sehari

Kanal: Kesehatan
Tertawalah 400 Kali Sehari

Anda, hendaknya, tak kehilangan humor. Tetaplah tertawa. Berbagai penelitian menyebutkan, tertawa baik untuk tubuh. Sebagian menunjukkan ia menyembuhkan. Lainnya memperlihatkan ia memelihara kesehatan.

Jika saat ini punya si kecil yang sedang sakit, cobalah resep ini: ajak ia tertawa. Jika punya pemutar VCD, putarkan video Donald Bebek atau video lucu yang paling ia suka -- tertawakanlah anjuran ini, karena tertawa memang sehat, tapi seriuslah memenuhinya.

Margaret Stuber, psikiatris UCLA Jonsson Cancer Center, menganjurkan resep ini dengan sangat serius. Basisnya penelitian yang baru saja berjalan, tapi hasilnya sudah menjanjikan.

Stuber, untuk diketahui, sejak beberapa bulan ke belakang sedang melakukan penelitian tentang humor dan daya penyembuhnya pada anak-anak yang akan memakan waktu 5 tahun. Yang diujinya penyakit sangat serius: kanker dan AIDS.

Menurut Stuber, hasil penelitian sementaranya menunjukkan tertawa meningkatkan kondisi fisik anak-anak yang menjadi subyek pengujiannya. Mereka lebih tahan stres dan, tak hanya itu, daya tahannya terhadap rasa sakit juga menguat hingga hampir 1,5 kali.

''Saya berharap akhirnya tertawa memang disetujui sebagai sebuah penyembuh. Dia tak hanya menolong mereka yang sakit sementara atau yang menderita stres, tapi benar-benar menolong membuat perbedaan untuk orang-orang yang bergelut dengan kesakitan jangka panjang,'' Stuber mengatakan.

Mungkin, tertawa justru lebih tepat diresepkan pada Anda. Sekali lagi, bukti jika tertawa itu sehat sesungguhnya sudah banyak ditemukan. Sejak dulu.

Salah satu yang legendaris adalah pengalaman Norman Cousins, mantan editor majalah Saturday Review. Dia menderita ankylosing spondylitis, sejenis penyakit yang terasa sakit terus-menerus -- siang dan malam. Tahun 1979 dia menulis di Anatomy of an Illness, tertawa sebelum tidur membantu ia sembuh. Penyebabnya: hanya setelah tertawa lepas ia bisa lelap.

Sementara itu, seperti diungkapkan dalam American Medical Association, pada Februari lalu para peneliti Jepang menemukan keampuhan tertawa dalam melawan alergi debu tungau. Penelitian lainnya atas sekelompok anak sekolah juga menemukan, mereka yang memiliki rasa humor tinggi lebih sedikit mendapat serangan demam dan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibanding yang memiliki hanya sedikit rasa humor.

Tak heran, banyak peneliti meminta para dokter -- meski setengah bercanda -- untuk meresepkan tertawa kepada pasien. Para peneliti University of Maryland, AS, misalnya.

Para peneliti itu mengungkapkan, dokter seharusnya meresepkan sebuah dosis tertawa harian seperti mereka menganjurkan latihan dan diet rendah lemak kepada pasien. Tak menyebutkan berapa dosis yang mereka anjurkan, tapi sekedar perbandingan, seorang anak kecil tertawa 400 kali sehari dan Anda -- jika Anda dewasa -- hanya 15 kali atau kurang.

Mereka mengatakan, tertawa -- dan selera humor yang baik -- menjadi tameng ampuh untuk menahan serbuan serangan jantung. Sebaliknya, mereka yang tak tersenyum dalam situasi-situasi tegang atau tak nyaman, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami penyakit jantung.

Para peneliti memperoleh fakta tersebut setelah mewawancarai 300 orang subyek: 150 orang korban serangan jantung koroner, 150 lainnya sehat walafiat pada usia yang setara. Kepada setiap subyek ditanyakan bagaimana mereka bereaksi terhadap sejumlah situasi sehari-hari yang tak nyaman, seperti jika seorang pelayan menumpahkan minuman di pakaian.

Tim peneliti menemukan, korban jantung koroner biasanya akan marah atau paling tidak bersikap tak ramah -- bukannya tertawa atau memakai humor untuk keluar dari rasa malu pada situasi itu. Korban jantung koroner juga biasanya kecil kemungkinan untuk tertawa bahkan dalam situasi-situasi positif.

Para dokter percaya perbedaan itu penting, meski tak dapat menjelaskan mengapa tertawa dapat memberi perlindungan pada jantung dari penyakit.

Toh, sebelumnya sudah diketahui, stres berhubungan dengan endotelium. Stres membuat lapisan penghalang yang melindungi pembuluh-pembuluh darah itu terganggu dan cedera. Pada akhirnya, terjadi peradangan yang mengarah pada penimbunan lemak dan kolesterol dalam pembuluh-pembuluh jantung --- dan, ceklik, serangan jantung koroner pun terjadi.

Mereka yang tertekan, gelisah, atau stres juga lebih mungkin merokok, tak aktif secara fisik dan bergantung pada makanan yang kaya lemak. Juga alkohol. Perilaku itu, sudah lama diketahui meningkatkan risiko penyakit jantung.

Selain bersifat protektif, tertawa juga memberi efek seperti sebuah olahraga. Cukup dengan satu menit tertawa terbahak-bahak, demikian BBC Online mengutip Profesor Gunther Sickl, ahli gelotologi Berlin University, sama menyegarkannya dengan olahraga 45 menit.

Sickl mengungkapkan, ketika tertawa yang lepas, tak kurang dari 80 otot wajah bekerja sama. Pada saat yang sama, bahu, rongga dada, dan sekat rongga dada (diagfragma) juga berguncang. Setelah itu, detak jantung terpacu, tekanan darah meningkat, dan jumlah oksigen di darah bertambah karena nafas menjadi lebih cepat.

Setelah selesai tertawa, tekanan darah kembali turun, hormon-hormon stres berkurang, sementara endorfin otak yang menenangkan sudah dilepaskan ke otak. Akhirnya, seperti diungkapkan Stuber, kekuatan sistem imunitas meningkat.

Jadi, sekali lagi, biar saja Presiden atau siapapun tak bisa tertawa lagi. Yang penting jangan Anda. Saran Jaak Panksepp dan Jeffrey Burgdorf, keduanya dari Bowling Green State University di Ohio, cobalah seperti tikus yang selalu tertawa, karena tertawa toh bisa diakali.


Sumber: tempo.co.id

No comments: