Tuesday, September 11, 2007

Buah Naga, si Kaktus Manis Penurun Kolesterol


MENJELANG perayaan Imlek, buah naga (Hylocereus polyrhizus) banyak dicari masyarakat Tionghoa. Buah berbentuk kerucut berwarna merah ini merupakan salah satu pelengkap sesaji untuk para dewa dan dewi. Meski berasal dari Meksiko, Amerika Selatan, masyarakat Tionghoa yang tinggal di Kota Semarang tak perlu khawatir kesulitan mendapatkan buah satu ini.

Buah berasa manis campur asam segar tersebut dapat dijumpai dengan mudah di toko swalayan atau toko-toko buah. Sebagian buah naga yang dipasarkan di Kota Semarang diimpor dari Thailand. Namun jangan kira, kota pantai seperti Semarang tidak mampu menghasilkan buah eksotik itu.

Ribuan tanaman naga -atau dalam bahasa Mandarin disebut Lung Kuo- dapat dijumpai dengan mudah di perkebunan kompleks Grand Marina. Perkebunan seluas dua hektare itu dikembangkan sejak 1,5 tahun lalu. Delapan pekerja tampak sedang memanen buah naga, Senin (24/1) siang. Seorang pekerja memetik dengan hati-hati agar sayap-sayap buah yang menjurai mirip sisik panjang tidak rusak.

"Khusus untuk sesaji, buah naga harus bagus. Jangan sampai sisik-sisiknya putus atau rusak," ungkap Tugino, mandor perkebunan naga di Marina.

Buah naga yang masih berwarna hijau dibungkus plastik. Tugino menuturkan, tanaman naga dapat berbuah dalam waktu delapan bulan setelah ditanam. Selanjutnya, tanaman itu akan terus berbuah hingga berumur 20 tahun.

Bentuk tanaman naga atau dragon fruit mirip tanaman kaktus. Batangnya berwarna hijau persegi dan bagian tepi batangnya berduri.

"Konon tanaman ini disebut naga karena batangnya menjulur-julur mirip naga. Karena itu, kami memasang penyangga (anjang-anjang) untuk menopang batangnya," ujarnya.

Bagi Tugino yang sudah bekerja hampir tiga tahun di perkebunan itu, merawat buah naga tak sesulit yang dibayangkan orang. Setiap hari, bersama delapan rekannya, Tugino menyiram dan memberi pupuk organik. Takaran air tak perlu terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika terlalu banyak air, tanaman naga lekas busuk. Sementara itu jika kekurangan air, tanaman tersebut bisa mati.

"Yang penting pucuk-pucuk batang harus sering dipangkas agar buah tidak kekurangan nutrisi," lanjutnya.

Jika Anda gemar berselancar di pustaka internet, sejumlah referensi tentang buah naga dapat ditemukan dengan mudah. Saat ini, ada empat jenis buah naga yang dikenal mengandung khasiat bagi manusia. Buah naga yang dikembangkan di perkebunan Grand Marina merupakan jenis buah naga berdaging merah. Tiga jenis lain yang dikenal, yakni buah naga berdaging putih (Hylocereus undatus), buah naga berdaging supermerah (Hyloceratus costaricensis), dan buah naga berkulit kuning dengan daging buah putih (Selenicerius megalanthus).

Ketiga jenis buah naga itu berkhasiat menurunkan kolesterol, mencegah sembelit, menyehatkan mata, mencegah anemia, menanggulangi peradangan saraf, dan mencegah infeksi mulut. Buah ini juga dikenal bermanfaat bagi penderita diabetes lantaran dapat menurunkan gula darah.

"Sebagian besar buah ini tersusun atas air, serat, dan vitamin C. Kandungan lemak nabatinya rendah, sebaliknya mengandung kalsium dan fosfor tinggi," paparnya sembari memberi leaflet.

Tidak mengherankan jika buah naga laku keras di pasaran. Setiap bulan, Tugino mengaku mampu memasok lebih dari satu ton buah naga ke Bandung, Surabaya, dan Denpasar. Meski harga buah naga Rp 30.000/kg, permintaan pasar tinggi. Sayang, hasil panen buah naga belum mampu menjawab kebutuhan itu. (Ninik Damiyati-64j)


Berita Utama | Ekonomi |

No comments: