Tuesday, July 31, 2007

Phaleria Macrocarpa, Centella Asiatica L, Mahkota Dewa "Racun", ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI,

Mahkota Dewa = Phaleria Macrocarpa

Khasiat buah :
Anti-kanker, anti-tumor, anti-disentri, anti-insekta, hepato-toxic, atasi diabetes, hypertensi, hepatitis, rematik & asam urat.

Buahnya mengandung : :
Saponin, Alkaloid, Polifenol, Plavonoid, Lignan, Minyak Atsiri, Sterol (yg berkhasiat sembuhkan berbagai penyakit kronis spt kanker, diabetes mellitus dsb).

Kasiat daun :
Atasi TBC, radang mata & tenggorokan.

Wanita hamil & bayi dilarang konsumsi mahkota-dewa karena kandungan kimianya sangat aktif.

Kelebihan dosis :
Pusing & mual

===========================================================================

Centella Asiatica L / Daun Kaki-Kuda / Pegagan


Tumguh liar dipadang rumput, tepi selokan, sawah atau ditanam sbg penutup tanah, sbg tanaman sayur, merayap menutupi tanah, daun warna hijau berbentuk spt kipas ginjal.
Hidup ditanah yg agak lembab, cukup sinar matahari atau agak terlindung.
Dapat ditemukan didataran rendah sampai daerah dgn ketinggian 2.5 m dpl.

Kandungan senyawa :
Triterpenoid, saponin, Hydrocotyline & Vellarine.

Kandungan Kimia :
Asam Asiatat, B-Karioneta, B-Kariofilen, B-Elemena, B-Farnesen, B-Sitosterol, Brahminosida, Asam Brahmat, Brahmosida, Asam Sentelat, Asam Sentolat, Asam Elaiodat, Iso-Tankunisida.

Manfaat :
Untuk penurun panas, re-vitalisasi tubuh & pembuluh darah, memperkuat struktur jaringan tubuh, radang hati disertai kuning.
Pegagan bersifat menyejukkan/mendinginkan, menambah tenaga & menimbulkan selera makan.
Digunakan u memperlancar aliran darah ke otak (makanan otak), shg tajam berfikir & meningkatkan saraf memory otak.

Daun :
Re-Vitalisasi sel & pembuluh darah, anti-infeksi, anti-bakteri, menurunkan panas & demam, diuretic, pembengkakan hati, meningkatkan kesuburan wanita, mengurangi gejala asma, mengobati hipotensi.

Herba :
Radang hati disertai kuning, campak, demam, sakit tenggorokan, asma, bronchitis, radang pleura, radang mata merah, keputihan, infeksi, batu saluran kencing, tekanan darah tinggi/hipertensi, rheumatism, pendarahan (muntah darah, batuk darah, mimisan, kencing darah), wasir, sakit perut, disentri, cacingan, tdk nafsu makan, lepra, TBC, keracunan makanan (jengkol, udang, kepiting), keracunan bhn kimia/obat2an.

===========================================================================


Mahkota Dewa "Racun" Irian yang Berkhasiat



Mahkota Dewa "Racun" Irian yang Berkhasiat

Di Indonesia, tanaman mahkota dewa masih belum banyak dikenal sebagai tumbuhan obat-obatan. Sebagian orang malah kerap mengidentikkan tanaman ini dengan daun dewa dan sambung nyawa. Padahal, tanaman ini mengandung kahsiat yang melimpah untuk mengobati berbagai penyakit mematikan di Indonesia.

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (scheff) boerl, sinonimnya adalah Phaleria macrocarpa warb. Var. wichanii (val) back) ini berasal dari Irian. Tumbuhan berfamili Thymelaeceae ini, dikenal bangsa asing dengan nama The crown of God. Pohonnya diyakini mengeluarkan aura untuk meningkatkan derajat. Makanya, tak heran bila pohon ini dinamai pohon derajat yang tak jarang menjadi tanaman di depan rumah.

Ketinggian pohon ini maksimal mencapai lima meter. Buahnya berwarna merah menyala dan berkulit licin sebesar apel malang kecil. Bunganya harum berwarna putih berbentuk terompet majemuk sebesar bunga cengkih di ketiak daun dan batangnya.

Pengembangbiakan tanaman ini melalui bijinya. Seangkan pemeliharaannya tak rumit, hanya membutuhkan tanah gembur dan air. Pupuk yang digunakan hanya pupuk dasar.

Tanaman ini sudah dikenal khasiatnya di kalangan Keraton Mangkunegara, Surakarta dan Yogyakarta. Khasiatnya adalah mengobati luka dalam sekaligus obat luar seperti diabetes, lever dan pilek. Dari penelitian ilmiah, buah dan daunnya bisa mengatasi alergi seperti biduren, gatal-gatal, bersin-bersin dan sesak napas.

Dalam buku Inventaris tanaman obat Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes disebut bahwa tanaman ini berkhasiat obat anti tumor, obat disentri dan obat sakit kulit.

Mahkota dewa termasuk tanaman obat yang keras dan beracun. Menurut Ning Harmanto, yang aktif mengelola pembuatan obat-obatan tradisional, sebelum diramu, daun atau buahnya lebih baik dikeringkan. Bla dimakan segar, getahnya panas dan melepuhkan kulit dalam mulut.

Untuk minuman instan, dianjurkan untuk mencoba satu sendok teh dulu, diseduh dengan air panas. Sehari cukup satu kali dan minum menjelang tidur malam. Bila belum merasakan perubahan, barulah dosis ditambah menjadi satu sendok makan untuk segelas air. Untuk sakit yang agak parah bisa minum sehari dua kali.

Mengkonsumsi teh racikan dicoba dulu mulai dari tiga sampai lima irisan kecil saja, diseduh dengan air mendidih satu gelas atau direbus dengan tiga gelas air hingga menjadi hanya 0,5 gelas. Kemudian minum sedikit demi sedikit menjelang tidur malam selama tiga hari. Selanjutnya apabila penyakitnya cukup serius, dosis ditambah sedikit demi sedikit dari satu sendok teh hingga satu sendok makan.

Untuk mengatasi komplikasi beberapa penyakit, dianjurkan dalam bentuk ramuan dengan obat lain. Misalnya, racikan dan kapsul daun dewa untuk pembengkakan, pendarahan dan bersihkan racun. Kapsul sambiloto untuk anti biotik berbagai sakit infeksi, diabetes, alergi, dan flu.

Racikan dan kapsul temulawak untuk lever, mag, dan lancarkan peredaan darah. Racikan dan kapsul Curcuma zedoaria untuk kanker, keputihan, mag, dan pencernaan.

Kegunaan tanaman mahkota dewa ini tak lepas dari unsur yang dikandung di dalamnya. Dari hasil penelitian Dr Sumastudi dari Farmakologi UGM, senyawa kimianya antara lain, saponin, flafonoid dan beberapa senyawa lain, mempunyai efek antihistamin.*wed

===================================================================

Phaleria macrocarpa Fructus (mahkota dewa)

Secara empiris tanaman ini telah terbukti sangat manjur untuk mengobati penyakit yang disebabkan karena kelebihan asam urat.

Alii sativi Bulbus (bawang putih)
Mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi dengan mekanisme menghambat pembentukan senyawa prostaglandin (pencetus peradangan).

Curcuma domesticae Rhizoma (kunyit)
Banyak mengandung senyawa-senyawa kimia yang memiliki aktivitas anti inflamasi dengan cara menghambat mekanisme dari metabolisme asam arakhidonat dan menghambat sitesis prostasiklin serta menghambat agregasi platelet.

Andrographidis herba (sambiloto)
Telah dilakukan berbagai penelitian yang membuktikan sambiloto berkhasiat mengatasi gejala-gejala peradangan (nyeri dan pegal linu pada persendian) yang disebabkan karena kelebihan asam urat.

====================================================================

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI PRODUK KERING, INSTAN DAN EFFERVESCENT DARI BUAH MAHKOTA DEWA ( Phaleria macrocarpa )

Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C.


Abstrak
Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas antioksidan dan antibakteri produk kering dan produk olahan mahkota dewa yang diolah dengan panas tinggi (instant) maupun dengan panas rendah (effervescent). Aktivitas antioksidan dilakukan dengan menginkubasikan produk sampai hari ke 8, pengamatan setiap 2 hari. Antibakteri dilakukan pada inkubasi 24 jam dengan konsentrasi 12,5%, 25% dan 50%. Metode penelitian yang digunakan adalah RAK dengan factor tungga yaitu jenis produk (kering , instant dan effervescent) masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Uji lanjutannya dengan Uji Ortogonal Kontras pada Ą =0,05 dan Ą = 0,01. Hasil penelitian menunjukkan stabilitas antioksidan semua produk mahkota dewa lebih rendah dari antioksidan sintetik tetapi aktivitasnya lebih tinggi.. Aktivitas antioksidan tertinggi pada seluruh produk terjadi pada hari ke-4, aktivitas effervescent tertinggi 48,71%, kering 37,88% dan instant 33,27%. Aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi produk 50%, aktivitas tertinggi pada bakteri Staphylococccus aereus pada produk instant dan effervescent (18,3mm), bakteri Eschericia coli pada produk instant (10 mm). Aktivitas antibakteri produk mahkota dewa pada Staphylococccus aereus lebih besar dari Eschericia coli. Kata kunci : Mahkota Dewa, Antioksidan, Effervescent

Pendahuluan
Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman tradisional yang berasal dari Papua, namun saat ini banyak terdapat di Solo dan Yogyakarta karena, sejak dahulu kerabat keraton Solo dan Yogyakarta memeliharanya sebagai tanaman yang dianggap sebagai pusaka dewa karena kemampuannya menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini, pengobatan dengan memanfaatkan mahkota dewa semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa pengobat herbal (Winarto,2003). Bukti-bukti empiris tentang khasiatnya sudah banyak ditemukan di kalangan masyarakat, namun pembuktian secara ilmiahnya masih sangat terbatas. Hasil penelitian Lisdawati (2002) menunjukkan bahwa daging buah dan cangkang biji mengandung beberapa senyawa antara lain: alkaloid, flavonoid, senyawa polifenol, dan tanin. Golongan senyawa dalam tanaman yang berkaitan dengan aktivitas antikanker dan antioksidan antara lain adalah golongan alkaloid, terpenoid, polifenol, flavonoid dan juga senyawa resin (Mills et al., 2000 dan Wiryowidagdo, 2000 dalam Anonymousa 2004). Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak semipolar dan polar daging buah dan kulit biji tanaman memiliki aktivitas antioksidan yang cukup potensial dengan nilai IC50 antara 94,89 – 136,79 mg/ml (Yen, 1995 dalam Anonymousa, 2004). Acuan pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria umumnya memiliki aktivitas antimikroba (Anonymousa, 2004). Senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah saponin, alkaloid, dan tanin (Sumastuti dan Sonlimar, 2002). Setiap bagian pohon mahkota dewa, terutama yang berkhasiat obat, mendapat perlakuan tertentu setelah dipanen. Perlakuan yang diberikan meliputi penyortiran, pencucian, pemotongan, pengeringan, penyangraian, dan perebusan. Perlakuan-perlakuan ini sebaiknya segera diberikan setelah mahkota dewa dipanen. Jangan ada penundaan waktu, karena penundaan dapat mempengaruhi keoptimalan khasiat mahkota dewa (Anonymousb, 2003). Cara penggunaan yang umum dipakai adalah dengan merebusnya terlebih dahulu. Perebusan sebaiknya menggunakan kuali tanah, panci keramik, panci gelas, panci email, atau panci “stainless steel”. Lamanya perebusan tidak berdasarkan menit atau jam. Sebagai pertanda berakhirnya perebusan adalah banyaknya pengurangan jumlah air, biasanya, pengurangannya sekitar separuhnya. Supaya bisa berkurang sebanyak itu, setelah mendidih, rebusan tetap diletakkan di atas api dengan nyala kecil (Harmanto, 2003). Mahkota dewa bisa dimanfaatkan dalam dua bentuk. Pertama, dalam bentuk tidak diolah atau dimakan langsung mentah-mentah, seperti memakan jambu biji. Ada juga yang menambahkan dengan sambal seperti memakan rujak. Pemanfaatan seperti ini sangat berbahaya. Efek sampingnya cukup serius, mulai dari luka-luka di bibir dan di mulut, mati rasa di lidah, sampai mabuk dan keracunan. Kedua, dalam bentuk sudah diolah menjadi ramuan-ramuan. Ramuan-ramuan ini bisa dikombinasikan dengan ramuan dari tanaman obat lain (Harmanto, 2003). Pengolahan mahkota dewa sebagai minuman fungsional kurang maksimal, sehingga animo konsumen untuk mengkonsumsinya sangat kurang, padahal khasiatnya sangat besar. Selama ini mahkota dewa dikonsumsi dari air seduhan buah mahkota dewa kering yang rasanya sangat pahit, sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan produk baru dari mahkota dewa untuk menghasilkan produk yang dapat mengurangi rasa pahit dan praktis dikonsumsi. Pada pembuatan produk instan dan “effervescent” yang membedakan adalah suhu pengolahan, di mana produk instan dibuat dengan suhu tinggi (± 120°C), sedangkan “effervescent” menggunakan suhu rendah (maksimal 60°C). Berdasarkan kemungkinan hilangnya senyawa aktif mahkota dewa pada suhu tinggi, dilakukan penelitian untuk mengetahui kestabilan aktivitas antioksidan dan antibakteri dari mahkota dewa dalam wujud produk olahannya.

Kesimpulan
Aktivitas antioksidan tertinggi dari produk buah mahkota dewa terjadi pada inkubasi hari ke-4, aktivitas tertinggi pada produk “effervescent” yaitu sebesar 48,70%. Produk ini memiliki karakteristik kimianya adalah kadar air 3,1%, pH 5.21, dan total asam 17,98%. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan bahwa aktivitas tertinggi adalah produk “effervescent” yang diikuti oleh produk kering kemudian instan. Proses pengolahan produk “effervescent” menjadikan aktivitas antioksidannya lebih tinggi, sedangkan pengolahan produk instan menjadikan aktivitas antioksidannya lebih rendah daripada bahan baku (produk kering. Karakteristik kimia produk instan adalah pH 5,38, total asam 1,25%, kadar dan air 7,67% sedangkan produk kering adalah pH 5,40, total asam 6,17%, dan kadar air 2,68%.


===========================================================================


No comments: