Friday, June 22, 2007

Saya Dipaksa Ngaku, Lelah Digebuki


Wawancara dengan Ustad Adung yang Disebut Amir JI Abu Dujana alias Aenul Bahri, tersangka teroris yang berhasil dibekuk tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, pernah menyebut nama Ustad Adung sebagai amir dalam Jamaah Islamiyah. Benarkah Adung mengenal Dujana? Berikut petikan wawancara Jawa Pos dengan Adung yang bernama asli Sunarto itu di Lapas Cipinang, Jakarta Timur. Assalamu ’alaikum Ustad, bagaimana kabarnya? Wa ’alaikum salam. Alhamdulillah, Allah selalu memberi kesehatan dan rezeki-Nya. Maaf ya, saya tidak bisa lama karena harus mengajar. Kalau sore, saya selalu keliling. Di sini, kami dakwah dari sel ke sel.Sudah dengar Abu Dujana ditangkap? (Tertawa) ya, ya saya tahu dari koran dan televisi. Orang-orang di sini yang kenal saya jadi ramai. Mereka tanya, apa benar saya amir JI? Saya tertawa saja. Hahaha. Jadi, benar Anda amir JI? (Tertawa lagi) kalau jadi imam jamaah masjid di penjara ini, betul. Iya, saya akui, namanya Majelis at Tawabiin (orang-orang yang bertobat, Red). Saya imam salat di sini dan mengajar baca Alquran. Itu saja. Tujuannya, napi-napi yang muslim itu kembali pada agamanya. Itu saja.Apakah Anda mengenal Abu Dujana? Saya tidak kenal Aenul Bahri atau Abu Dujana itu. Memang, dulu saya dipaksa-paksa mengaku oleh mabes. Saya bilang kepada mereka, sudahlah, ngawur aja. Kamu cerita gimana, mau apa yang ditulis. Capai juga digebuki. Sudahlah, terserah kamu. Tapi, di pengadilan, waktu sidang saya ingkari. Gimana, wong benar-benar tidak kenal. Kalau wajah Abu Dujana, mungkin Anda ingat? Mungkin dia salah seorang murid Anda? Terus terang, lihat dia (Dujana, Red) di televisi, saya ketawain aja. Ini anak dari mana, kok bisa ngomong kayak gitu? Diapain dia (tertawa)?(Pada beberapa kali tayangan televisi, Abu Dujana memang telah membuat pengakuan. Di antaranya, dalam pengakuan itu, dia membeberkan tentang struktur dan jaringan organisasi Jamaah Islamiyah. Termasuk, menyebut nama Adung sebagai orang yang pernah menjadi amir). Abu Dujana sempat menyebut Anda pernah berjihad di Afghanistan, benarkah? Ini lagi, apa lagi itu? Saya belum pernah ke Afghan. Kalau ke Saudi, saya pernah untuk haji dan umrah. Kalau anak saya, memang ada yang ke Pakistan untuk belajar Alquran. Kalau Noordin, Anda kenal? Ya, saya kenal Noordin. Ceritanya, waktu itu zaman Orde Baru, 1985. Saya bertiga bersama almarhum Ustad Abdullah Sungkar dan Ustad Abu Bakar Ba’asyir memang lari ke Malaysia dari kezaliman Soeharto. Teman-teman kami yang tidak lari ditangkapi. Setelah hidup di Malaysia, kami bingung menyekolahkan anak karena kami tidak percaya pada pendidikan orang Malaysia. Akhirnya, kami mendirikan Pondok Pesantren Luqmanul Hakim di Johor, Malaysia. Noordin memang pernah tinggal di sana dan ikut mengajar. Tapi, setelah ada ontran-ontran (huru-hara, Red) dan saya kembali lagi ke Indonesia, saya tidak tahu lagi. Tentang JI, bisa Anda ceritakan?Dulu, setelah ditangkap, saya pernah diajak makan-makan sama Bekto (Brigjen Pol Bekto Suprapto, kepala Densus 88 Polri, Red). Waktu itu, ada juga wartawan, tapi saya lupa namanya. Bekto bilang, Ustad, gimana ceritanya itu JI (Jamaah Islamiyah)? Saya jawab, saya ini sejak 70-an mendampingi Ustad Abdullah Sungkar (disebut polisi sebagai pendiri JI, Red) sampai beliau wafat pada 1999, belum pernah sekalipun saya dengar nama JI itu keluar dari lisan beliau sendiri. Jadi, saya juga tidak tahu dari mana JI itu muncul.Apa reaksi Pak Bekto? Waktu itu, dia diam aja.Kembali ke pengakuan Abu Dujana, kalau begitu, Anda yakin dia berbohong? Ya, bisa saja. Mungkin ada tekanan. Itu sudah sunatullah. Bentuknya ada dua. Kalau tidak disakiti, ya ditawari bujuk rayu. Sejak dulu begitu, (tertawa) sudah biasa itu. Ada pesan Anda untuk Abu Dujana? Ya, segeralah bertobat. Masih ada waktu, sebelum maut sampai tenggorokan. Saya sampaikan pengakuan ini sebenarnya dan sudah direkam. Semoga masih ada waktu, semoga dia segera sadar dan bertobat. (ridlwan)

No comments: