Tuesday, May 29, 2007

Alzheimer Bukan Hanya Pikun

Pada 1992, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan terdiagnosis menderita alzheimer. Lambat tapi pasti, penyakit ini mulai menggerogoti otak dan tubuh mantan presiden ke-40 Amerika ini.

Suami Nancy Reagan ini kemudian memberi tahu khalayak mengenai keadaan dirinya pada 5 November 1994 lewat surat yang ditulisnya sendiri, yang menyatakan, dia menderita penyakit alzheimer. Reagan tidak bisa bercakap-cakap secara lancar, hingga pada 2001 dia terjatuh dan cedera di bagian pinggul. Insiden ini membuatnya tak dapat bergerak. Akhirnya, Reagan meninggal di rumahnya di Los Angeles, 5 Juni2004, karena pneumonia.

Peristiwa yang dialami mantan orang nomor satu Amerika ini mengingatkan kita pada penyakit alzheimer yang masih terlalu asing di telinga orang Indonesia. Maklum di negara kita tercinta, penyakit tersebut masih belum terlalu banyak penderitanya. Selama ini alzheimer identik dengan kepikunan, padahal belum tentu.

Spesialis saraf dari RS Pondok Indah Dr Witjahyakarta W SpS mengatakan, kepikunan terdiri atas dua jenis yaitu MID (multiple infract dementia) dan alzheimer.

”Keduanya mempunyai gejala yang mirip tapi letak kerusakan di bagian otak berbeda setelah menjalani scanning,” kata Witjahyakarta. Dia menjelaskan, pada penderita MID terdapat titik-titik penyumbatan pembuluh darah di otak, sedangkan alzheimer terjadi pengerutan/ penciutan otak bagian depan. Untuk memastikan seseorang mengalami alzheimer, selain melalui scanning, juga perlu pemeriksaan dengan MRI.

Sampai saat ini, penyebab pasti penyakit degeneratif ini masih terus diteliti. Witjahyakarta menjelaskan, untuk mendiagnosis penyakit alzheimer, dilakukan tiga pendekatan probable (kemungkinan), desible (kelihatan), dan definite (setelah dilakukan biopsi otak). Alzhiemer merupakan penyakit progresif. Penyandang penyakit ini akan semakin buruk keadaan dan tidak bisa kembali seperti sedia kala.

Lantas, seperti apa gejala Alzheimer? ”Mereka yang menyandang alzheimer mempunyai gejala seperti lupa, kemunduran, menarik diri dari lingkungan, disorientasi lingkungan,” ujar dokter yang juga praktik di RS Gandaria ini.

Sementara itu di Amerika, alzheimer mendapat perhatian karena jumlah penyandang penyakit ini meningkat setiap tahun. Sekitar 500.000 kasus baru alzheimer didiagnosa tiap tahun di AS. Sebagai perkiraan, sebanyak 78 juta bayi baru lahir yang pada 2011 akan berusia 65 tahun. Usia tersebut rentan mengalami penyakit alzheimer.

”Pada 2030 diperkirakan 8 juta penduduk Amerika mengalami alzheimer, dibandingkan saat ini yang hanya lima juta,” kata Association Vice President Stephen McConnell. Perawatan terbaru terus diupayakan dengan mengajak bekerja sama beberapa pihak. Peneliti dan petugas laboratorium akan mengajak pemerintah AS untuk memberikan dana untuk mengembangkan penelitian di bidang alzheimer.

Mereka mengatakan, hampir menemukan terobosan penemuan terbaru untuk menangani penyakit kerusakan otak ini. ”Dengan perawatan yang tepat. Pada kenyataannya dapat memperlambat atau menghentikan proses ini,” kata Profesor Neurologi dari Washington Paul Aisen.

Paul mengatakan bahwa peneliti hampir yakin akan kesuksesan perkembangan terobosan perawatan. Seberapa cepat mereka sampai ke sana, masih dibutuhkan beberapa tahun, bahkan belasan tahun tergantung hasil yang dibawa.

Peneliti memercayai bahwa sedikitnya ada tiga gen yang bertanggung jawab yang menyebabkan meningkatnya protein pada lapisan otak yang menurun dan berubah menjadi peptide yang akan menyerang dan merusak sel otak. Kondisi ini disebut sebagai amyloid peptide, yang diidentifikasi para ahli sebagai molekular penyebab alzheimer.

”Kami sangat yakin bahwa perawatan akan berhasil untuk mengurangi akumulasi dari amyloid peptide pada otak manusia yang akan sangat lambat, bahkan berhenti akibat penyakit ini,” kata Aisen. (hendrati hapsari/sindo/mbs)

No comments: