Tuesday, May 29, 2007

Islam & Tantangan Modernisasi

Dalam kesempatan Forum Ekonomi Dunia Islam ketiga di Kuala Lumpur, Malaysia ini, saya ingin mengajak para pemimpin Islam lainnya untuk membahas mengenai bagaimana cara agar umat dapat mencapai kemajuan.

Mengingat,umat menuju pada milenium ketiga dan menghadapi dunia yang penuh tantangan serta kesempatan. Sekarang ini, dunia bergerak sangat cepat dengan ditandai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sebuah dunia kekuatan pasar, di mana negara yang kuat dan cepat bergerak dapat bersaing di arena global. Selain itu, dunia ini menjadi tempat yang dipenuhi dengan kesempatan investasi. Di balik itu, dunia ini juga merupakan tempat tumbuhnya kemiskinan serta segala bentuk dampaknya, di mana negara-negara miskin terancam gagal mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/ MDGs).

Ancaman mematikan lain yang hadir di dunia ini adalah meluasnya bencana alam yang disebabkan pemanasan global, efek dari aktivitas perindustrian dan konsumsi yang berlangsung demikian lama sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Sementara itu, biaya memenuhi kebutuhan energi terus menanjak dan banyak negara yang berupaya keras mencari alternatif sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan.Dalam proses tersebut, timbul masalah baru. Kita, sebagai umat, tidak dapat berpaling dari ancaman terhadap dunia tersebut, karena dunia inilah satu-satunya yang kita miliki. Kita harus menanggulanginya.

Dan jika bijak dan efektif menanggulanginya, kita dapat menciptakan kesempatan membuat sebuah dunia yang lebih baik. Pertanyaan yang kita hadapi sekarang ini adalah apa yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi tantangan sosio-ekonomi dunia? Apa yang dapat kita lakukan, sebagai sebuah negara, mengatasi tantangan ketimpangan perekonomian dunia, kemiskinan, kekurangan pangan dan energi, serta isu pemanasan global? Selain itu, apa yang dapat kita lakukan sebagai umat kolektif untuk mengatasi tantangan tersebut, sehingga menjadikan kita sebagai bagian dari solusi penting dan bukan bagian dari sumber masalah?

Saya pikir, langkah paling pertama yang harus kita ambil adalah menyadari bahwa sesungguhnya kita mampu. Kita tidak lemah. Kita tampak lemah karena kita bertindak sendiri-sendiri. Kita tampak lemah karena kita dianggap lemah dan mempercayainya. Pada 2005, populasi total negaranegara Islam yang menjadi anggota Bank Pembangunan Islam (IDB) mencapai 2,2 miliar atau 31% total penduduk dunia.Dan lebih penting lagi,negara-negara muslim menjadi pemasok 70% kebutuhan energi dunia dan 40% bahan baku ekspor dunia.

Hal tersebut berarti kekuatan dan potensi. Kita dapat dan harus memainkan peran penting dalam menjalankan roda perekonomian dunia. Kita dapat dan harus mendapatkan keuntungan lebih besar dalam berinteraksi dengan pihak lain.Agar dapat menjadikan semua itu mungkin, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Kita harus lebih proaktif dan sadar apa yang kita inginkan. Kita harus tahu apa yang mampu kita peroleh dari dunia dalam kerangka keuntungan bersama.

Kita harus bekerja dan berkonsolidasi lebih baik. Di atas semua itu, kita harus menolak dipecah belah dan dijajah. Keunggulan utama yang harus kita peroleh adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika negara-negara dunia menginginkan energi dan komoditas yang kita miliki,kita harus memperoleh keuntungan dari mereka dalam sebuah pertukaran yang adil, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, kita harus membentuk kemitraan inovatif dan saling menguntungkan. Kita tidak dapat menjadi pemasok bahan-bahan baku selamanya.

Kita harus mencari investasi yang dapat menambah nilai komoditas serta memperbanyak keuntungan ekonomis demi kepentingan masyarakat luas. Kita harus memperkuat pengembangan sumber daya manusia dalam aktivitas perdagangan dan investasi dengan rekan-rekan kita dari negara maju. Setiap interaksi ekonomi harus menghasilkan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan keahlian bagi masyarakat kita. Agar dapat memperoleh keuntungan ini,kita harus mengubah persepsi rekan kita mengenai dunia Islam. Kita harus mengubah sikap mereka terhadap kita dari sesuatu yang negatif atau bermusuhan menjadi sesuatu yang positif dan antusias.

Namun, kita tidak dapat mengubah pihak lain tanpa mengubah diri kita terlebih dahulu. Kita tidak dapat meminta mereka melakukan sesuatu yang kita tidak ingin lakukan kepada orang lain. Untuk itu, salah satu caranya adalah kita, umat, harus merobohkan penghalang investasi dan perdagangan. Dengan begitu, semakin banyak aliran bisnis yang masuk dunia muslim. Kita harus menemukan cara memperluas cakupan perbankan syariah. Perbankan Barat dan institusi keuangan telah membuktikan kepraktisan dan keuntungan dari sistem ini.

Apa yang perlu kita lakukan adalah memperlebar jaringan dan bersamasama menjalankan pemasaran yang agresif, promosi, serta koordinasi operasional di sektor transportasi udara dan laut, pengurusan visa, pembangunan infrastruktur turis. Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, keahlian, serta kebijaksanaan di dunia Islam, madrasah kita harus memiliki peran penting. Ini berarti perlunya reformasi kurikulum institusi pembelajaran yang penting ini. Ini juga berarti baik murid maupun institusi harus memiliki kontribusi terhadap pencerahan sosial di komunitasnya.

Dalam kesempatan yang sama, kita harus menghidupkan kembali institusi ekonomi Islam milik kita. Khususnya, kita harus membangkitkan potensi IDB dan badan-badan afiliasinya. Kabar gembira bagi seluruh muslim bahwa Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah menetapkan program sepuluh tahunan yang memiliki mandat membentuk Dana Pemberantasan Kemiskinan IDB. Sebagai sebuah negara, Indonesia menawarkan kontribusi dalam per-kembangan dunia muslim dengan tawaran kerja sama dengan negara-negara muslim di bidang investasi, perdagangan, energi ramah lingkungan, serta pem-bangunan infrastruktur. Indonesia merupakan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, tahun ini diprediksi tumbuh sebesar 6,3%.

Dengan pasar yang atraktif yaitu 220 juta penduduk, sumber daya alam yang melimpah, performa makroekonomi yang semakin membaik, sektor swasta dan tenaga kerja yang dinamis, serta dukungan stabilitas politik, Indonesia dapat menjadi mitra demi mencapai kemakmuran bagi siapa pun.

Kita semua tergabung dalam OKI yang ingin menciptakan dunia yang lebih baik. Kita juga memiliki kemampuan melindungi serta mempromosikan kepentingan kita. Kita dapat menciptakan kekayaan dan berkompetisi di pasar global dengan tetap memegang teguh dan memenuhi nilai-nilai sebagai manusia seutuhnya, yaitu nilai-nilai tanggung jawab sosial, berbagi, dan menguntungkan sesama. Itulah nilai-nilai Islami, yang juga nilai-nilai universal. Susilo Bambang Yudhoyono * Disarikan dari Pidato Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan Forum Ekonomi Dunia Islam III di Kuala Lumpur,Malaysia, 28 Mei 2007

No comments: