Tuesday, May 29, 2007

Gapai Usia Senja Berkualitas


Pikun dan penyakitan? Ah... itu sih, lansia klasik! Buktinya,kian banyak para manula masa kini yang mengerti cara menjadi sehat dan bugar di usia emasnya. Bagaimana triknya?

Tua itu pasti, sehat itu pilihan. Mungkin kalimat yang menyiratkan dorongan hidup sehat itu sudah sangat familier. Setiap orang pasti akan menjadi tua. Sekalipun ada tren obat awet muda atau antiaging, tapi siapa pun tetap tidak bisa menghindar dari ”predikat” manula (manusia lanjut usia atau sering disebut lansia).

Sebab, tua itu adalah suatu proses alami dalam perjalanan hidup setiap makhluk. ”Setiap orang,terutama lansia itu sendiri, hendaknya menyadari bahwa tua itu adalah anugerah, bukan akhir dari segala-galanya. Bagaimana menghadapi usia tua secara berkualitas itu yang perlu disiapkan,” ujar dokter dari Klinik Alternatif RS Panti Rapih Yogyakarta FX Haryatno. Tak ada yang harus ditakuti dari sekadar menjadi manula. Hal terpenting yang harus dilakukan menuju masa emas berkualitas adalah pola makan teratur dengan gizi seimbang serta aktivitas fisik yang proporsional.

”Untuk lansia, makanan yang dikonsumsi sebaiknya merupakan sumber protein, lemak, dan karbohidrat yang berasal dari tanaman. Karbohidrat tetap nomor satu, tapi separuhnya dipilih dari karbohidrat kompleks tinggi serat. Ini bisa didapat dari tanam-tanaman dan sayuran,” tutur konsultan geriatri dari Divisi Geriatri FKUI/RSCM Dr Nina Kemala Sari SpPD K-Ger.

Produk-produk yang mengandung isoflavon juga merupakan sumber fitoestrogen yang bagus untuk memperbaiki hormonal lansia, terutama wanita.

”Fitoestrogen sifatnya mirip estrogen dan bisa didapat secara alami dari produk makanan kedelai apa pun, seperti keripik kedelai, yogurt kedelai, susu kedelai, tahu, tempe,” paparnya. Dalam hal pola makan, lansia sebaiknya makan dengan porsi sedikit tapi sering. Sebab, pengosongan lambung pada orangtua lebih lambat. Selain itu, daya tampung dan kemampuan penyerapan juga berkurang.

”Makanlah sedikit-sedikit, tapi sering supaya kebutuhannya terpenuhi dan perut tidak kosong terlalu lama. Dalam sehari, boleh saja makan sampai lima kali, tapi porsinya dikurangi,” saran Nina. Mengenai makanan yang perlu dihindari, Nina menyarankan untuk mengurangi makanan manis, seperti cake dari tepung halus dan lemak. ”Manisnya cukup dari buah saja, kalau minum teh juga tidak usah pakai gula,”ujarnya.

Sumber makanan lain yang harus diminimalisasi adalah daging merah. Kalaupun ingin makan daging, pilih daging dari protein berwarna putih, terutama ikan laut dalam, seperti salmon, sarden, tuna, tongkol, tenggiri. ”Ikan laut dalam kaya akan omega 3 yang bagus melindungi jantung dan melancarkan aliran darah,” ungkapnya. Sementara itu, aktivitas dan latihan fisik (exercise) juga tak kalah penting.

Pada lansia, tiga faktor yang kerap memengaruhi ”kekuatan” gerak tubuhnya adalah gangguan sistem jantung dan paru,pengurangan dosis latihan per minggu, dan penimbunan lemak tubuh. Kekuatan otot manusia mulai berkurang pada usia 35–40 tahun. Selanjutnya, pada usia 65, otot telah berkurang kekuatannya sebesar 25 persen. Namun, menurut spesialis rehabilitasi medik dari FKUI/RSCM dr Siti Annisa Nuhonni SpRM, kekuatan otot bisa ditingkatkan melalui latihan kontraksi otot.

”Latihan fisik adalah cara terbaik mempertahankan kesehatan tulang, kekuatan otot, mobilitas sendi, serta daya tahan jantung dan paru,” ujar Nuhonni. Mengingat vitalitas lansia yang umumnya menurun, latihan dilakukan dengan intensitas rendah dan dipilih jenis aktivitas ritmis yang lebih banyak menggunakan otot-otot besar, contohnya jalan kaki, joging, bersepeda, berenang, menari, latihan beban.

”Lakukan 2–3 kali seminggu. Lama latihan 45–60 menit, dengan rincian 15–20 menit untuk pemanasan dan peregangan, 20–30 menit latihan inti (aerobik), dan 5–10 menit pendinginan,” sarannya.

Kendati demikian, latihan fisik untuk lansia tidak bisa disamaratakan. Artinya, bersifat individual, tergantung tingkat kesehatan dan kebugaran lansia yang bersangkutan. Latihan fisik yang kerap dilakukan di masa muda juga turut dipertimbangkan. Untuk itu, sebaiknya ada catatan data medis tersendiri.

Tak Sekadar Penanganan Biasa

Soal kulit keriput biasanya paling sering dikhawatirkan, terutama oleh kaum wanita usia 40 tahun ke atas. Namun, seperti halnya manusia, kulit itu sendiri merupakan jaringan hidup yang lama-lama juga akan ”menua” dan menjadi atropi (mengerut).

Tak hanya kulit, organ tubuh lain, seperti mata telinga turut mengalami penurunan fungsi. Belum lagi kemampuan mengingat dan vitalitas tubuh yang menurun seiring pertambahan usia. Gejala tersebut umum terjadi pada manula. Jadi, wajar bila manula identik dengan rabun, tuli, pikun, dan penyakit degeneratif lainnya. Sayang, penurunan kondisi fisik dan kemampuan kognitif terkadang disikapi buruk. Tak hanya oleh anggota keluarga yang merawat, juga si manula sendiri.

Akibatnya, muncul pikiran negatif, seperti merasa tidak berguna, hanya merepotkan orang lain, dan tidak berdaya. Jika dibiarkan, bisa timbul depresi dan bukan mustahil mengarah pada bunuh diri secara pasif, misalnya dengan sengaja mengurangi makan dan minum karena tidak ingin merepotkan keluarga.

”Selama ini penanganan penyakit lansia hanya ditekankan pada pengobatan secara medis. Sementara, aspek fungsi seperti bagaimana cara duduk dan menggerakkan otot besar, kurang diperhatikan,” ujar Kepala Divisi Geriatri FKUI/RSCM Czeresna H Soejono MD PhD FICP. Untuk itu, lanjut dia, penanganan pasien lansia perlu dikelola secara paripurna (komprehensif) yang meliputi lima hal, yaitu pemberian obat, asupan cairan, nutrisi, aktivitas fisik, dan asuhan psikososial.

Penurunan kemandirian juga merupakan salah satu ciri lansia. Contohnya, dalam hal minum pun terkadang tidak bisa dilakukan sendiri. Karena itu, keluarga harus memberi minum dengan cara menyodorkan, bukan hanya menyuruh atau menyediakan. Sebab, terkadang lansia tidak cukup kuat untuk sekadar berkata haus. Padahal, asupan cairan sangat penting guna mencegah dehidrasi.

”Begitu pun dalam hal makan. Sering kali lansia tidak punya rasa lapar sehingga total nutrisi yang masuk tiap hari juga sangat kurang. Dengan demikian, asupan cairan dan nutrisi harus direncanakan dengan terprogram,” tutur Czeresna.

Program aktivitas dan latihan fisik seperti yang telah dikemukakan di atas juga sangat berguna. Untuk lansia sebaiknya diutamakan senam yang melatih lingkup gerak sendi, kontraksi otot besar, dan gerak napas. Latihan pernapasan sangat bermanfaat, mengingat otot-otot dada pada lansia umumnya sudah kendur. Dengan begitu, refleksnya pun terkadang tidak cukup sensitif untuk mengeluarkan dahak yang mengganggu.

”Mereka perlu dilatih bagaimana bernapas yang baik sehingga bisa mengalirkan dan mengeluarkan dahaknya,” ujarnya. Hal terakhir yang tak kalah penting adalah asuhan psikososial. Depresi dan sindrom merasa tidak berguna perlu dijauhkan dari pikiran lansia melalui pengelolaan fungsi mental dan kognitif (psikokognitif).Pendekatan dan pengertian dari keluarga, petugas kesehatan, serta lingkungan sangat membantu memulihkan gairah hidup lansia.

”Lansia bisa merasa depresi karena ditinggalkan anak-anaknya, kehilangan teman dan pekerjaan, atau pendapatan dan kesehatan yang menurun. Untuk itu, aspek spiritual dan pengelolaan emosional yang baik perlu diterapkan si lansia. Sebab, jika emosinya tidak dijaga, dia akan mudah terserang depresi,” ujar FX Haryatno. (inda Susanti/sindo/mbs)

No comments: