| | | |
“PEMERINTAH berkomitmen tidak akan mengobral sumber daya energi yang dimiliki”. Pernyataan itu dilontarkan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, dalam lawatannya ke Negeri Sakura, Jepang, pekan ini. Apa yang diucapkan Kalla itu bermakna dua sisi. Pertama, mengingatkan bangsa sendiri bahwa saatnya menghemat dan memaksimalkan sumber daya alam yang ada. Kedua, Kalla menunjukkan bahwa Tentu saja kita berharap gaung tabuhan gong tawar itu jangan hanya terdengar sesaat. Apa yang digaungkan Kalla itu tidak akan membawa dampak apa pun sepanjang belum ada harmonisasi dalam langkah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sumber energi itu. Memang sungguh ironis, Masak sih? Tengok saja industri pupuk nasional yang dulunya sangat perkasa kini merana tak bisa berproduksi lagi. Pasalnya, gas yang menjadi kebutuhan utama sudah tak tersedia lagi. Bisa dibayangkan bencana apa yang akan terjadi selanjutnya bila industri pupuk harus punah dari muka bumi Dalam sebuah kesempatan diskusi dengan salah seorang wakil rakyat terhormat yang berkunjung ke SINDO beberapa waktu lalu, menilai persoalan industri pupuk yang sedang sekarat karena kekurangan pasokan gas, suatu hal yang tak perlu dirisaukan. Dengan enteng dia melontarkan, “Solusinya kita sudah temukan, jadi tak perlu panik,” ujarnya. Solusi apakah gerangan? Dia menjelaskan, delegasi “Saya kira akan lebih ekonomis karena gas Masalahnya bagaimana caranya menghentikan semua itu. Masak sih, industri di dalam negeri yang menggunakan bahan bakar minyak dipaksa harus bersaing dengan industri negara lain yang menggunakan bahan bakar gas dengan harga lebih murah. Syahrir Rasyid* |
No comments:
Post a Comment