Tuesday, May 29, 2007

Negara Muslim Diminta Pererat Kerja Sama

KUALA LUMPUR (SINDO) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak negara-negara muslim di dunia untuk lebih erat lagi menjalin kerja sama guna menghadapi tantangan ekonomi global serta berbagai persoalan negaranegara berkembang.

Ketika berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia Islam Ketiga atau The 3rdWorld Islamic Economic Forum (WIEF) di Gedung Putra World Trade Center (PWRC) Kuala Lumpur, Malaysia, kemarin, Presiden meyakinkan bahwa negara-negara Islam bukanlah negara lemah. ”Langkah pertama yang harus dilakukan adalah kita harus percaya bahwa kita tidak lemah. Kita terlihat lemah karena kita tidak berbuat. Kita terlihat lemah karena kita mengatakan bahwa kita lemah dan kita percaya itu,” katanya. Hadir dalam acara tersebut antara lain PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, PM Kuwait Sheikh Nasser Al Mohammad Al Ahmad Al Sabah,Asisten Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) bidang ekonomi Tori Limangana, serta Ketua WIEF Tun Musa Hitam.

Di hadapan sekitar 750 peserta dari 36 negara, Presiden SBY yang merupakan anggota kehormatan WIEF itu menyinggung sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan ekonomi global,persoalan sistem keuangan dunia, kemiskinan, kekurangan makanan dan energi, serta masalah pemanasan global. Menurut Presiden, umat Islam di dunia memiliki kekuatan besar yang dapat menjadi bagian penting dari solusi berbagai persoalan dunia,dan bukan bagian dari masalah itu. Dia mengatakan, berdasarkan data 2005, total populasi penduduk di negara- negara Islam yang menjadi anggota Bank Pembangunan Islam (IDB) berjumlah 2,2 miliar atau 31% dari jumlah manusia.Yang lebih penting, negara-negara muslim menyuplai 70% kebutuhan energi dunia dan 40% ekspor bahan baku dunia.

”Kita harus proaktif dan tahu apa yang ingin kita lakukan dengan memerhatikan berbagai keunggulan yang kita miliki. Kita tidak bisa selamanya menjadi penyuplai bahan baku. Kita harus mencari investasi yang dapat menambah nilai komoditas kita dan memperluas keunggulan ekonomi kita,” ungkap Presiden. Presiden SBY juga menyinggung perlunya pencarian jalan untuk memperluas skala dan jangkauan perbankan syariah. Presiden mencontohkan sejumlah produk keuangan syariah yang diterima baik oleh mayoritas umat Islam di Indonesia dan mampu menghasilkan transaksi keuangan penting dalam jumlah besar. Sektor lain yang perlu mendapat perhatian adalah sektor pariwisata yang mampu menghasilkan devisa bagi negara.

Presiden SBY memuji Malaysia dan Turki sebagai pemenang besar yang berhasil melakukan promosi pariwisata dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, kata Presiden, negara-negara Islam, khususnya anggota WIEF dan OKI, perlu mendorong dan membuka peluang menciptakan kerja sama yang baik. Namun, pada saat yang sama,lanjutnya,perlu dilakukan revitalisasi terhadap lembaga ekonomi Islam yang ada. ”Kita sebagai negara anggota OKI merupakan stakesholder dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan kita mempunyai kemampuan untuk mempertahankan dan mempromosikan apa yang kita miliki,” katanya.

Sementara itu,Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi mengatakan bahwa Islam sebagai agama perdamaian mengajarkan konsep berjamaah. Menurut dia, sudah saatnya umat Islam di seluruh dunia bangkit mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Data OKI menyebutkan,saat ini masih ada sekitar 24% dari populasi umat Islam di dunia yang berpenghasilan kurang dari USD1 per hari, dan sekitar 45% masih hidup di bawah garis kemiskinan.Badawi yang juga Ketua OKI itu menyebut salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah mengembangkan konsep zakat secara internasional untuk mengatasi maslah tersebut.

Sekjen OKI Ekmeleddin Ihsaboglu dalam sambutan yang dibacakan asisten bidang ekonominya, Tori Limangana, berharap agar WIEF Ketiga dapat menyusun platform dan program aksi yang inovatif untuk mewujudkan kerja sama ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan di negara-negara berpenduduk muslim. WIEF dibentuk pada 2005 sebagai forum kerja sama antarnegara Islam yang sebagian besar adalah anggota OKI. WIEF didirikan untuk mengembangkan ide-ide dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang ekonomi dan bisnis, seperti sektor perdagangan, industri, energi, telekomunikasi, manufaktur, dan lain-lain.

WIEF Ketiga di Kuala Lumpur mengambil tema ”Tantangan Global dan Hubungan Kerja Sama yang Inovatif”. Ketua WIEF Tun Musa Hitam mengatakan, selain membicarakan peningkatan hubungan antarnegara anggota, forum tersebut berupaya memperhatikan pembangunan dunia Islam melalui peningkatan kerja sama ekonomi di berbagai bidang. Sejumlah hal yang dibicarakan dalam forum tersebut antara lain masalah perdagangan dan investasi, langkah yang perlu disiapkan negara Islam menghadapi globalisasi, memasukkan sistem ekonomi syariah dalam sistem keuangan global. Pembicaraan juga berupaya menyinggung bagaimana pemerintah dan sektor swasta mampu berkolaborasi dalam pembangunan, mengatasi masalah kemiskinan.

Di sela konferensi tersebut,Presiden SBY menyaksikan penandatanganan kerja sama antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan Trans-Peninsula Sdn BHD. Bakrie & Brothers akan menjadi pemasok pipa untuk proyek pemipaan Trans- Peninsula senilai USD7 miliar.Proyek tersebut merupakan proyek pemipaan untuk mengalirkan minyak bumi dari Selat Malaka ke Utara Semenanjung Malaysia. ”Naskah kesepakatan kerja sama antara Bakrie & Brothers dengan Trans-Peninsula Sdn BHD telah ditandatangani pada acara 3rd World Islamic Economic Forum di Kuala Lumpur, Malaysia, hari ini (kemarin),” ujar Direktur Utama Bakrie & Brothers Bobby Gafur Umar dalam siaran pers yang diterima SINDO di Jakarta,kemarin.

Bobby menuturkan,proyek tersebut sangat strategis bagi perseroan. ”Dalam proyek itu, setiap line terbentang sepanjang 320- –350 kilometer sehingga keseluruhan pipa yang akan dipasok nantinya mencapai kurang lebih seribu kilometer,” jelas Bobby. Menurut dia, proyek Trans-Peninsula Petroleum Pipeline,selain melibatkan perusahaan Malaysia, yakni Trans-Peninsula Petroleum Sdn Bhd sebagai promotor dan developer proyek Ranhill Engineers & Constractors Sdn Bhd, juga akan melibatkan perusahaan Indonesia yang lain, yakni PT Tripatra Engineering sebagai Konsultan EPCM dan LAPI Institut Teknologi Bandung.

Perusahaan Arab Saudi, Al-Banader International Group, berperan sebagai penyedia minyak bumi dan Bakrie & Brothers sebagai pemasok pipa. ”Persiapan pelaksanaan proyek ini sebenarnya telah mulai sejak 2006 lalu dan telah mendapatkan persetujuan serta dukungan dan persetujuan dari Pemerintah Malaysia. Kami mendapat konfirmasi bahwa pembangunan proyek ini diharapkan selesai paling lama tujuh tahun,”jelas Boby. (ant/rakhmat baihaqi/syarifudin)

No comments: